Thursday, February 14, 2013

TQN

I. Sejarah Perkembangannya Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah adalah sebuah tarekat yang merupakan univikasi dari dua tarekat besar, yaitu Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah.[1] Penggabungan kedua tarekat tersebut kemudian dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga terbentuk sebuah tarekat yang mandiri dan berbeda dengan kedua tarekat induknya. Perbedaan itu terutama terdapat dalam bentuk-bentuk riyadhah dan ritualnya. Penggabungan dan modifikasi yang sedemikian ini memang suatu hal yang sering terjadi di dalam Tarekat Qadiriyah.[2] 71 Sebelum membahas lebih lanjut tentang sejarah perkembangan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, kiranya perlu diketengahkan sekilas tentang perkembangan kedua tarekat induknya tersebut. Yaitu Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah. 1. Tarekat Qadiriyah Nama tarekat ini dinisbatkan kepada seorang sufi besar yang sangat legendaris, dengan sekian banyak sebutan kehormatan, antara lain : Qutb al-auliya’, shahib al-karamat, dan Sulthan al-auliya’. Ia diyakini sebagai pemilik dan pendiri tarekat ini. Sufi besar itu adalah Syekh Muhyiddin Abd Qadir al-jailani. [3] Syekh Abd. Qadir al-Jailani dilahirkan pada tahun 470 H. (1077 M) di Jilan (Wilayah Iraq sekarang), dan meninggal di Baghdad pada tahun 561 H. (1166 M.) [4] Beliau adalah seorang sufi besar yang kealiman dan kepribadiannya banyak mendapat pujian dari para sufi dan ulama’ sesudahnya.[5] Syekh Abd. Qadir al-Jailani adalah juga seorang ulama’ besar sunni yang bermazhab Hambali yang cukup produktif. Ia telah menulis beberapa karya, satu di antaranya berjudul “Al-Ghun yah li Thabili Thariq al-Haq”. Kitab ini merupakan kitabnya yang sering menjadi rujukan dalam karyanya yang lain. Ini memuat beberapa dimensi keislaman, seperti fikih, tauhid, ilmu kalam, dan akhlaq tasawuf.[6] Dilihat dari beberapa buah karyanya, tidak diragukan lagi bahwa beliau adalah seorang teolog (ahli ilmu kalam), seorang mujtahid dalam fiqih dan juga seorang orator yang piawai. Syekh Abd. Qadir al-Jailani memimpin madrasah dan ribathnya di Baghdad, Sepeninggalnya, kepemimpinannya dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Abd. Wahab (552-593 H./1151-1196 M.) Dan setelah Abd. Wahab wafat, maka kepemimpinannya dilanjutkan oleh puteranya yang bernama Abd. Salam (w. 611 H./1241 M.) Madrasah dan ribath (pemondokan para sufi), secara turun menurun tetap berada di bawah pengasuhan keturunan Syekh Abd. Qadir al-Jailani. Hal ini berlangsung sampai hancurnya kota Baghdad oleh ganasnya serangan tentara Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan (1258 M./656 H.). Serangan Hulagu Khan inilah yang menghancurkan sebagian besar keluarga Syekh Abd. Qadir al-Jailani, serta mengakhiri eksistensi madrasah dan ribath-nya di kota Baghdad[7]. Perkembangan tarekat ini ke berbagai daerah kekuasaan Islam di luar Baghdad adalah suatu hal yang wajar. Karena sejak zaman Syekh Abd. Qadir al-Jailani, sudah ada beberapa muridnya yang mengajarkan metode dan ajaran tasawufnya ke berbagai negeri Islam. Di antaranya ialah : Ali Muhammad al-Haddad di daerah Yaman, Muhammad al-Batha’ihi di daerah Balbek dan di Syiria, dan Muhammad ibn Abd. Shamad menyebarkan ajarannya di Mesir. Demikian juga karena kerja keras dan ketulusan putera-puteri Syekh Abd. Qadir al-Jailani sendiri untuk melanjutkan tarekat ayahandanya, sehingga pada abad 12-13 M, tarekat ini telah tersebar ke berbagai daerah Islam, baik di Barat maupun di Timur. Menurut Trimingham, Tarekat Qadiriyah sampai dengan sekarang ini (abad XX), masih merupakan tarekat yang terbesar di dunia Islam, dengan berjuta-juta pengikutnya. Mereka tersebar di berbagai penjuru dunia, seperti Yaman, Mesir, India, Turki, Syiria, dan Afrika. Trimingham juga mencatat, ada 29 jenis tarekat baru yang merupakan modifikasi baru dari Tarekat Qadiriyah (Qadiri Group’s).[8] ini terjadi karena dalam Tarekat Qadiriyah ada kebebasan bagi para murid yang telah mencapai tingkat mursyid, untuk tidak terikat dengan metode yang diberikan oleh mursyidnya, dan bisa membuat metode riyadlah tersendiri.[9] Keduapuluh sembilan jenis tarekat tesebut menyebar ke berbagai belahan dunia Islam, di samping Tarekat Qadiriyah itu sendiri, dan tarekat-tarekat lain yang belum terjangkau dalam penelitian Trimingham, seperti Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Indonesia. Tarekat ini masuk Indonesia sekitar tahun 1870-an. 2. Tarekat Naqsyabandiyah Nama tarekat besar ini dinisbatkan kepada seorang sufi besar yang hidup antara tahun 717 H./1317 M.-791 H./1389 M. di kota Bukhara, wilayah Yugolavia sekarang. Ia adalah Muhammad ibn Muhammad Baha’uddin al-Uwaisi al Bukhari al-Naqsyabandi. Al-Naqsyabandi di lahirkan di desa Hinduan yang terletak beberapa kilometer dari kota Bukhara, di sini pula ia wafat dan dimakamkan.[10] Tarekat ini selain dikenal dengan nama Tarekat Naqsyabandiyah, juga disebut dengan Tarekat Khawajakiyah. Nama ini dinisbatkan kepada Abd. Khaliq Ghujdawani (w. 1220 M.). Ia adalah seorang sufi dan mursyid tarekat itu, dan merupakan kakek spiritual al-Naqsyabandi yang keenam. Ghujdawani adalah peletak dasar ajaran tarekat ini, yang kemudian ditambah oleh al-Naqsyabandi. Karena Ghujdawani hanya merumuskan delapan ajaran pokok, maka setelah ditambah oleh al-Naqsyabandi dengan tiga ajaran pokok, maka ajaran Tarekat Naqsyabandiyah menjadi sebelas.[11] Pusat perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah ini berada di daerah Asia Tengah.[12] Dan diduga keras bahwa tarekat ini telah menyebar sejak abad 12 M., dan sudah ada pemimpin lasykar yang menjadi murid Ghujdawani. Sehingga tarekat ini berperan penting dalam kerajaan Timurid. Apalagi setalah tarekat ini berada di bawah kepemimpinan Nashiruddin Ubaidillah al-Ahrar (1404-1490 M.), maka hampir seluruh wilayah Asia Tengah “dikuasai” oleh Tarekat Naqsyabandiyah.[13] Tarekat Naqsyabandiyah mulai masuk ke India, diperkirakan mulai pada masa pemerintahan Babur pendiri kerajaan Mughal, (w. 1530 M.) di India. Karena masa kepemimpinan Ubaidillah al-Ahrar (Asia Tengah) Yunus Khan Mughal paman Barbur yang tingal di pemukiman Mongol sudah menjadi pengikut tarekat ini. Akan tetapi perkembangan di India baru mulai pesat setelah kepemimpinan Muhammad Baqi’Billah (w. 1603 M.).[14] Annameri Schimel, banyak menulis tentang peranan para tokoh Naqsyabandiyah di India, di antaranya adalah Ahmad Faruqi Shirhindi (w. 1642 M.) dan Syah Waliyullah al-Dahlawi (w. 1762 M.), seorang tokoh pembaharu yang cukup terkenal.[15] Masuknya Tarekat Naqsyabandiyah ke Makkah justru melalui India. Tarekat ini dibawa oleh Tajuddin ibn Zakaria (w. 1050 H./ 1640 M.) ke Makkah.[16] Pada abad XIX M. Tarekat Naqsyabandiyah telah memiliki pusat penyebaran di kota suci ini, sebagaimana tarekat-tarekat besar yang lain. Snouck Hurgronje memberitakan, bahwa pada masa itu terdapat markas besar Tarekat Naqsyabandiyah di kaki gunung Jabal Qubais di bawah kepemimpinan Sulaiman Effendi. Ia memperoleh banyak pengikut dari berbagai negara, dengan melalui jamaah haji, termasuk jamaah haji dari Indonesia.[17] Menurut Trimingham, seorang syekh Naqsyabandiyah di Minagkabau dibai’at di Makkah pada tahun 1845 M.[18] Sehingga di Arab sekarang ini setidaknya terdapat tiga cabang besar Tarekat Naqsyabandiyah, yaitu Khalidiyah di Makkah, Mazhariyah di Madinah, dan Mujaddidiyah (murni) di Makkah. Dari kedua kota suci ini kemudian Tarekat Naqsyabandiyah ini masuk ke Indonesia. Akan tetapi dari ketiga jalur (cabang) tersebut, jalur ketiga tidak banyak diketahui keberadaannya di Indonesia. 3. Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah Suryalaya Tarekat ini didirikan oleh sufi dan syekh besar masjid al-Haram di Makkah al-Makarrammah. Ia bernama Ahmad Khathib ibn Abd. Ghaffar al-Sambasi al-Jawi. Ia wafat di Makkah pada tahun 1878 M. Beliau adalah seorang ulama besar dari Indonesia, yang tinggal sampai akhir hayatnya di Makkah. [19] Syekh Ahmad Khatib adalah seorang mursyid Tarekat Qadiriyah, di samping juga ada yang menyebutkan bahwa beliau adalah juga mursyid dalam Tarekat Naqsyabandiyah. [20] Akan tetapi beliau hanya menyebutkan silsilah tarekatnya dari sanad Tarekat Qadiriyah. [21] Dan sampai sekarang belum diketemukan, dari sanad mana beliau menerima bai’at Tarekat Naqsyabandiyah. Sebagai seorang mursyid yang sangat ‘alim dan ‘arif billah, Syekh A.Khathib memiliki otoritas untuk membuat modifikasi tersendiri bagi tarekat yang dipimpinnya. Karena dalam Tarekat Qadiriyah memang ada kebebasan untuk itu, bagi yang telah mencapai derajat mursyid.[22] Tetapi yang jelas pada masanya telah ada pusat penyebaran Tarekat Naqsyabandiyah di kota suci Makkah maupun di Madinah.[23] Sehingga sangat dimungkinkan ia mendapat bai’at Tarekat Naqsabandiyah dari kemursyidan tarekat tersebut. Kemudian ia menggabungkan inti ajaran kedua tarekat tersebut, yaitu Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah dan mengajarkan pada murid-muridnya khususnya yang berasal dari Indonesia. Penggabungan inti ajaran kedua tarekat itu, dimungkinkan atas dasar pertimbangan logis dan strategis bahwa kedua ajaran inti itu bersifat saling melengkapi, terutama dalam hal jenis dzikir dan metodenya. Tarekat Qadiriyah menekankan ajarannya pada dzikir jahr (bersuara), sedangkan Tarekat Naqsyabandiyah menekankan model dzikir sirr (diam), atau dzikir lathaif. [24] Dengan penggabungan itu diharapkan para muridnya dapat mencapai derajat kesufian yan lebih tinggi, dengan cara yang lebih efektif dan efisien. Akan tetapi dinyatakan dalam kitabnya “Fath al-Arifin”, bahwa sebenarnya tarekat ini tidak hanya merupakan univikasi dari dua tarekat tersebut. Tetapi, merupakan penggabungan dan modivikasi dari lima ajaran tarekat, yaitu Tarekat Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Anfasiah, Junaidiyah, dan Muwafaqah.[25] Hanya karena yang diutamakan ajaran Qadiriyah dan Naqsyabandiyah, maka diberi namalah tarekat ini “ Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah”. Konon tarekat ini tidak berkembang di kawasan lain ( selain wilayah Asia Tenggara ).[26] Penamaan tarekat ini tidak terlepas dari sikap rendah diri (tawadlu’) dan mengagungkan guru (ta’zhim) Syekh Ahmad Khathib yang sangat alim itu, kepada pendiri kedua tarekat tersebut. Sehingga beliau tidak menitsbatkan nama tarekatnya itu pada dirinya. Padahal melihat modifikasi ajaran, dan tata cara ritual tarekatnya, sebenarnya lebih tepat kalau dinamakan dengan Tarekat Khatibiyah atau Sambasiah. Karena memang tarekat ini merupakan hasil ‘ijtihad’-nya. Syekh Ahmad Khatib telah memadukan keunikan-keunikan beberapa tarekat ( Tarekat Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Anfasiah, Junaidiyah, dan Mufaqah ) dalam suatu tarekat yang mandiri. Syekh Ahmad Khatib memiliki banyak murid dari beberapa daerah di kawasan Nusantara, dan beberapa orang khalifah. Di antara khalifah-khalifahnya yang terkenal dan kemudian menurunkan murid-murid yang banyak sampai sekarang ini adalah : Syekh Abd. Karim al-Bantani, Syekh Ahmad Thalhah al- Cireboni, dan Syekh Ahmad Hasbu al-Maduri. Sedangkan khalifah-Khalifah yang lain, seperti : Muhammad Isma’il ibn Abd. Rachim dari Bali, Syekh Yasin dari Kedah Malaysia, Syekh Haji Ahmad Lampung dari Lampung (Sum-Sel), dan M. Ma’ruf ibn Abdullah al-Khatib dari Palembang, kurang begitu berarti dalam sejarah perkembangan tarekat ini. [27] Syekh Muhammad Isma’il (Bali) menetap dan mengajar di Makkah. Sedangkan Syekh Yasin setelah menetap di Makkah, belakangan menyebarkan tarekat ini di Mempawah Kalimantan Barat. Adapun Haji Lampung dan M. Ma’ruf al-Palimbangi masing-masing turut membawa ajaran tarekat ini ke daerahnya masing-masing.[28] Penyebaran ajaran Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di daerah Sambas (asal daerah Syekh Ahmad Khatib), dilakukan oleh kedua khalifahnya, yaitu Syekh Nuruddin dari Philipina dan Syekh Muhammad Sa’ad putera asli Sambas.[29] Mungkin karena sistem penyebarannya yang tidak didukung oleh sebuah lembaga yang permanen (sebagaimana pesantren-pesantren di Pulau Jawa), maka penyebaran yang dilakukan oleh para khalifah Syekh Ahmad Khatib di luar pulau Jawa kurang begitu berhasil. Sehingga sampai sekarang ini, keberadaannnya tidak begitu dominan. Setelah wafatnya Syekh Ahmad Khatib, maka kepemimpinan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Makkah (pusat), dipegang oleh Syekh Abd. Karim al-Bantani. Dan semua khalifah Syekh Ahmad Khatib menerima kepemimpinan ini. Tetapi setelah Syekh Abd. Karim al-Bantani meninggal, maka para khalifah tersebut kemudian melepaskan diri, dan masing-masing bertindak sebagai mursyid yang tidak terikat kepada mursyid yang lain. Dengan demikian berdirilah kemursyidan-kemursyidan baru yang independen.[30] Khalifah Syekh Ahmad Khatib yang berada di Cirebon, yaitu Syekh Thalhah, ia mengembangkan tarekat ini secara mandiri. Kemursyidan yang dirintis oleh Syekh Thalhah ini kemudian dilanjutkan oleh khalifahnya yang terpenting. Ia adalah Abdullah Mubarak ibn Nur Muhammad.. Dia kemudian mendirikan pusat penyebaran tarekat ini di wilayah Tasikmalaya (Suryalaya). Sebagai basisnya didirikanlah pondok pesantren Suryalaya. Dan belakangan nama beliau sangat terkenal dengan panggilan Abah Sepuh. [31] Kepemimpinan tarekat yang berada di Suryalaya ini, setelah meninggalnya Abah Sepuh digantikan oleh Abah Anom. Ia adalah putra Abah Sepuh (Abdullah Mubarak), yang bernama A. Shahibul Wafa Tajul Arifin. Beliau memimpim pesantren dan tarekat ini sampai sekarang. Di bawah kepemimpinan Abah Anom ini Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di kemursyidan Suryalaya berkembang sangat pesat. Dengan menggunakan metode riyadlah dalam tarekat ini, Abah Anom mengembangkan psikoterapi alternatif, terutama bagi para remaja yang mengalami degradasi mental karena penyalahgunaan obat-obatan terlarang (narkoba), seperti; ganja,potau, morfin, heroin dan sebagainya. Mursyid ini mempunyai wakil talqin, yang cukup banyak, dan tersebar di tiga puluh lima daerah. Termasuk dua diantaranya di Singapura dan Malaysia. [32] Kemursyidan Tarekat Qadiriyah Naqsybandiyah di Tasikmalaya berpusat di pondok pesantren Suryalaya yang berarti matahari terbit. Sebuah pesantren di kampung Godebag, Tanjung Kerta Pagerageng, Tasikmalaya Jawa Barat, 30 km dari ibukota kabupaten dan 80 km dari kota Bandung. Pondok Pesantren Suryalaya ini sejak awal didirikannya (oleh Syekh Haji Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad, 7 Rojab 1323 H (5 September 1905)[33] adalah merupakan pusat tarekat (kemursidan) Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah, karena pendiri pesantren ini adalah mursyid tarekat tersebut. Dari kemursyidan Tasikmalaya ini, Tarekat Qadiriyah–Naqsyabandiyah menyebar ke seluruh penjuru Nusantara, bahkan sampai di negeri-negeri tetangga, yaitu Singapura dan Malaysia. Di bawah kepemimpinan mursyid yang sekarang ini (Syekh KH. Ahmad Shohibul wafa Tajul Arifin atau Abah Anom), tarekat ini berkembang dengan sangat pesatnya sehingga beliau mempunyai wakil pentalqin (badal) di tiga puluh lima daerah, termasuk di antaranya di dua negara tetangga tersebut.[34] Di antara keunikan Tarekat Qadiriyah-Naqsyabandiyah kemursyidan Tasikmalaya ini, adalah Filosofi penyebaran ajarannya. Pada umumnya kaum muslimin pengikut faham Ahli al-sunnah wal jama’ah (sunni) dan pengikut Tarekat Qadiriyah-Naqsyabandiyah khususnya, berkeyakinan bahwa seorang yang memasuki dunia tasawuf atau tarekat “dipersyaratkan” telah memiliki ilmu dan amaliyah syari’at yang mantap. Karena tarekat dianggap sebagai jenjang dan tingkat kehidupan keagamaan di atas jenjang syari’at. Karena alasan ini, maka kebanyakan pengikut tarekat (di luar kemursyidan Suryalaya) adalah mereka yang telah mengenal ilmu syari’at dengan baik, atau setidaknya telah menjalankan perintah agama secara disiplin. Lain halnya dengan filosofi yang dipegangi oleh kemursyidan-kemursyidan tersebut, dalam kemursyidan Suryalaya, filosofi da’wah (penyebaran ajaran) yang dipegangi adalah, bahwa agar seorang dapat memeluk agama Islam secara baik dan benar yang pertama kali harus diperkuatkan adalah ajaran tauhid atau iman, bukan ajaran syari’at atau Islam. Seorang harus kenal dan cinta terlebih dahulu dengan Tuhan, baru kemudian dia akan mudah melaksanakan syari'at (ketentuan-ketentuan Tuhan).[35] Karena logika ini, maka kemursyidan ini dapat menerima anggota baru yang sama sekali awam dalam bidang ilmu dan amal-amal keislaman. Bahkan para remaja yang sudah sangat rusak moralnya, akibat penyalahgunaan obat-obat terlarang diajarkan untuk mengamalkan ajaran tarekat ini juga. Dengan mengamalkan ajaran tarekat dengan baik (khususnya dzikir), maka seseorang akan terbuka kesadarannya untuk dapat mengamalkan syari’at dengan baik, walaupun secara kognetif tidak banyak memiliki ilmu keislaman. Karena ia akan mendapat pengetahuan dari Tuhan (ma’rifah) dan cinta Tuhan (mahabbah), karena buah (tsamrah) nya dzikir. Dan juga karena buahnya dzikir, maka dalam diri seseorang terjadi penyucian jiwa (tazkiyat al-nafsi). Dan dengan jiwa yang suci seseorang akan dengan ringan dapat melaksanakan syari’at Allah. Kenal dan cinta kepada Allah adalah kunci kebahagiaan hidup, kenyakinan para sufi memang “Mengenal Allah adalah permulaan orang beragama”. Dan karena secara empiris kebenaran logika ini telah terbukti, bahwa orang-orang yang telah diperkenalkan dengan Tuhan dan diajari (ditalqin) menyebut Asma Allah berubah menjadi manusia yang berkepribadian baik, maka akhirnya sejak tahun 1971 Abah Anom sering mendapat titipan anak (remaja) yang sedang mengalami kelainan jiwa untuk dibina dengan metode tarekat, maka akhirnya didirikanlah pondok remaja inabah, sebagai laboratorium psikoterapi Tarekat Qadiriyah-Naqsyabandiyah. Para pasien dan sekaligus murid tarekat ini dibina dan disadarkan dengan pendekatan sufistik. Di mana mereka diajak berpraktek membersihkan jiwa (tazkiyat al-nafsi), agar muncul kesadaran diri (self conciousness). Sehingga berubah sikap mental dan perilakunya yang semula distruktif menjadi perilaku yang konstruktif. Karena tanggapan dan sambutan masyarakat terhadap berdirinya pondok remaja cukup baik, maka pondok ini terus berkembang sampai sekarang. Kemursyidan Tasikmalaya ini sekarang mempunyai 23 pondok inabah. Dari apa yang dipraktekkan di pondok tersebut, dilakukan kajian dan analisis tentang tazkiyatun nafsi sebagai metode psikoterapi dalam disertasi ini. Di sini juga diuraikan tentang ajaran-ajaran dasar dalam terakat ini.

Wednesday, February 13, 2013

Ajaran Dasar Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah

Ajaran tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, ajaran utamanya zikir. Ajaran zikir menempati posisi sentral dalam keseluruhan doktrin tarekat, yang sumbernya sangat jelas dikemukakan dalam berbagai ayat-ayat al-Qur’an. Antara lain, bahwa orang-orang yang beriman diminta untuk selalu berzikir dengan sebanyak-banyaknya (QS. Al-Ahzab:41). Juga dinyatakan, dengan berzikir membuat hati tenang atau jiwanya tenteram (QS. Thaha:14). Zikir kepada Allah tidak mengenal waktu, selamanya dan di mana saja selalu baik dan tetap dianjurkan. Bila seorang mukmin lupa kepada Allah maka Allah akan membuat dirinya lupa. Sebaliknya, dengan senantiasa mengingat Allah maka manusia akan dapat menginsafi bahwa kehidupannya berasal dari Allah dan kelak akan kembali kepada-Nya. Adapun praktek suluk yang dilakukan murid ketika masuk tarekat dimulai dengan prosesi bai’at, atau sering juga disebut tlqin zikir. Urutan ritualnya sebagai berikut: a. Murid dan Mursyid sama-sama membaca: Bismillâhirrahmânirrahîm b. Murid dan Mursyid sama-sama membaca: Allâhumma iftah lî futûh al-Ârifîn (7X) c. Murid dan Mursyid sama-sama membaca: Alhamdulillâh wa al-shalât wa al-salâm ‘alâ habîbik al-adhîm habîb al-aliyyil adhîm Saayyidinâ Muhammad al-hâdî ilâ shirât al-mustaqîm d. Murid dan Mursyid sama-sama membaca: Allâhummashalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad wa ‘alâ alih wa sallim (2X) e. Guru mengajarkan zikir, yang selanjutnya ditirukan oleh murid: Lâ ilâha illa Allâh (3X), Sayyidunâ Muhammadun Rasulullâh f. Keduanya membaca shalawat munjiyat: Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad shalâtan tunjînâ bihâ min jamî’ alahwâl wa al-‘âfât wa taqdhî lanâ bihâ jamî’ al-hâjat wa tuthahhirunâ bihâ min jamî’ al-sayyiât wa tarfa’unâ bihâ indaka a’lâ al-darajât wa tuballighunâ bihâ aqshâ al-ghâyât min jamî’ al-khairât fi al-hayât wa ba’d al-mamât g. Guru membaca ayat: Innâ al-ladzîna yubâyi’unaka innamâ yubayi’unallâh yadullâhi fauqa aidîhim faman nakatsa fainnama yankutsu ‘alâ nafsih wa man ûfia bimâ ‘âhada alaihullâh fasayu’tîhi ajran ‘adhîmâ h. Membaca fatihah untuk Rasulullah saw dan kepada ahli silsilah Qadiriyah-Naqsyabandiyah khususnya Sulthanul Auliya’ Syekh Abdul Qadir al-Jilani dan Sayyid Abu Qasim Junaid al-Baghdadi. Juga kepada Syekh Ahmad Khatib Sambas dan Sayyid Abdul Karim Banten serta tempat guru mengambil ijazah i. Guru men-tawajjuh-kan murid Setelah seorang murid mengikuti talqin ini maka secara resmi dia sudah menjadi pengikut tarekat. Selanjutnya dia mengamalkan ajaran-ajaran dalam tarekat tersebut, khususnya dalam tata cara dzikirnya. Pertama-tama seorang zâkir harus membaca istighfâr sebanyak 3X, kemudian membaca shalawât 3X, baru kemudian mengucapkan zikir dengan mata terpejam agar lebih bisa menghayati arti dan makna kalimat yang diucapkan yaitu lâ ilâha illa Allâh. Tekniknya, mengucap kata la dengan panjang, dengan menariknya dari bawah pusat ke arah otak melalui kening tempat diantara dua alis, seolah-olah menggoreskan garis lurus dari bawah pusat ke ubun-ubun –suatu garis keemasan kalimat tauhid–. Selanjutnya mengucapkan ílâha seraya menarik garis lurus dari otak ke arah kanan atas susu kanan dan menghantamkan kalimat illa Allâh ke dalam hati sanubari yang ada di bawah susu kiri dengan sekuatkuatnya. Ini dimaksudkan agar lebih menggetarkan hati sanubari dan membakar nafsu-nafsu jahat yang dikendalikan oleh syetan. Selain dengan metode gerakan tersebut, praktek zikir di sini juga dilaksanakan dengan ritme dan irama tertentu. Yaitu mengucapkan kalimat lâ, ilâha, illa Allâh, dan mengulanginya 3X secara pelan-pelan. Masing-masing diikuti dengan penghayatan makna kalimat nafy isbat itu, yaitu lâ ma’buda illa Allâh (tidak ada yang berhak disembah selain Allah), lâ maqsuda illa Allâh (tidak ada tempat yang dituju selainAllah), dan lâ maujuda illa Allâh (tidak ada yang maujud selain Allah). Setelah pengulangan ketiga, zikir dilaksanakan dengan nada yang lebih tinggi dan dengan ritme yang lbih cepat. Semakin bertambah banyak bilangan zikir dan semakin lama, nada dan ritmenya semakin tinggi agar “kefanaan” semakin cepat diperoleh. Setelah sampai hitungan 165 X zikir dihentikan, dan langsung diikuti dengan ucapan Sayyidunâ Muhammadur Rasulullâh shallallâhu ‘alaih wa sallam. Demikian teknik yang dilakukan, seterusnya setiap kali usai shalat maktubat¸ kewajiban zikir 165 X ini menjadi baku bagi murid yang sudah bai’at. Jadi zikir pertama yang diamalkan murid adalah zikir nafy isbât, dengan suara jahr, inilah yang merupakan inti ajaran Qadiriyah. Setelah itu, murid dapat melangkah kepada model zikir berikutnya yaitu ism dzat, yang lebih menekankan pada zikir sir dan terpusat pada beberapa “Lathifah”. Untuk lebih jelasnya ajaran tentang pengisian “lathifah” tersebut, dapat dilihat pada tabel berikut: No. Nama Latifah Tempat Berhubungan dengan Anggota Badan Sifat Kejahatan Sifat Kebaikan 1 Qalbi 2 jari di bawah susu kiri Jantung Hawa nafsu, cinta dunia, sifat iblis dan syaithan. Iman, Islam, Tauhid, ma’rifat, sifat Malaikat. 2 Ruh 2 jari di bawah susu kanan Paru paru Loba (tamak) dan rakus Qana’ah (mererima apa adanya) 3 Sirr 2 jari di atas susu kiri Hati kasar Pemarah dan dendam Pengasih, penyayang, lemah lembut 4 Khafi 2 jari di atas susu kanan Limpa Hasad (dengki) dan Munafik Syukur, ridha, sabar, dan tawakkal 5 Akhfa Di tengah tengah dada Empedu Riya’, takabbur, ujub, dan sum’ah Ikhlas, khusyu’, tadlarru’ (rendah hati) 6 Nafs Natqiyah Di antara 2 kening Otak Jasmani Banyak kayalan, dan angan-angan Jiwa tenteram dan tenang pikiran 7 Kullu Jasad Seluruh tubuh Seluruh anggota badan Jahil, lalai, lupa, lengah Bertambah ilmu dan amal Dapat dilihat dari tabel di atas beberapa sifat yang harus dihilangkan dalam diri seorang murid, dengan melalui zikir yang harus terisi dalam “lathifah” yang berjumlah 7 “lathifah” tersebut, untuk mencapai sifat-sifat yang terpuji. Sementara zikir yang harus dilakukan oleh seorang murid adalah sangat tergantung kepada kondisi batin seorang murid, berapa kali mereka akan berzikir, dan untuk menilai kemampuan murid dalam jumlah yang harus dibebankannya adalah sang guru dapat menilainya melalui “indera keenam”. Selain zikir sebagai ajaran khusus, tarekat Qadiriyah- Naqsyabandiyah tetap sangat menekankan keselarasan pengamalan trilogi Islam, Iman, dan Ihsan, atau yang lebih akrab lagi dengan istilah syari’at, tarekat, dan hakekat.24 Dalam konteks ini pengamalan dalam tarekat hakekatnya tidak jauh berbeda dengan kalangan Islam lain. Semuanya dimaksudkan untuk dapat mengimplementasikan Islam secara kâffah, tidak saja dimensi lahir tetapi juga dimensi batin. Sumber : http://maulhayat.com/04-i-o/artikel/ajaran-dasar-tarekat-qadiriyah-wa-naqsyabandiyah/

Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah

Sumber Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah adalah nama sebuah tarekat yang merupakan penggabungan dari Tarekat Qodiriyah dengan Tarekat Naqsyabandiyah yang dilakukan oleh Syaikh Achmad Khotib Al-Syambasi atau biasa disebut juga dengan nama Syaikh Achmad Khatib bin Abdul Ghaffar al-Sambasi al-Jawi. Ia adalah ulama besar dari Indonesia yang diangkat menjadi imam Masjidil Haram di Makkah al-Mukarramah. Ia tinggal sampai akhir hayatnya di Makkah. Ia wafat pada tahun 1878. Beliau Sebagai seorang guru mursyid yang kamil mukammil, Syaikh Achmad Khotib Al-Syambasi sebenarnya memiliki otoritas untuk membuat modifikasi tersendiri bagi tarekat yang dipimpinnya. Karena dalam tradisi Tarekat Qodiriyah memang ada kebebasan untuk itu bagi yang telah mempunyai derajat mursyid. Sebenarnya kalau melihat modifikasi ajaran yang ada dan tatacara ritual tarekat itu, dan karena memang tarekat ini adalah hasil ijtihad beliau, maka layak jika nama tarekatnya itu dinisbatkan sebagai Tarekat Khathibiyah atau Sambasiyah. Namun karena sikap tawadlu' dan ta'dhim Syaikh Achmad Khotib Al-Syambasi terhadap pendiri Tarekat Qodiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah, maka beliau tidak menisbatkan nama tarekat itu kepada namanya. Murid-murid syekh Ahmad Khotib Sambas cukup banyak, beberapa diantaranya berasal dari tanah air termasuk syekh Ahmad Khotib sendiri. Murid beliau diantaranya: syekh Abdul Karim dari Banten, syekh Tolhah bin Tolabuddin dari Cirebon, dan Syekh Hasbulloh dari Madura. Syekh Tolhah bin Tolabuddin setelah selesai menuntut ilmu di Mekkah kepada syekh Ahmad Khotib Sambas, kemudian kembali ke tanah air dan ditetapkan sebagai khalifah TQN untuk wilayah Jawa Barat bagian timur (Cirebon) sekitar tahun 1876 Masehi pada usia 51 tahun, atau dua tahun sebelum syekh Ahmad Khotib wafat di Mekkah sekitar tahun 1878 masehi. Semenjak menjadi khalifah TQN untuk wilayah Cirebon, syekh Tolhah mempunyai cukup banyak murid, diantaranya KH.Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad yang dikenal dengan panggilan Abah Sepuh atau ajengan Godebag dari Tasikmalaya. Setelah cukup lama berguru kepada syekh Tolhah, Abah Sepuh mendapat kepercayaan dan diangkat menjadi wakil talkin. Sekitar tahun 1908 dalam usia 72 tahun, Abah Sepuh diangkat menjadi mursyid TQN (syaikh) yang berkedudukan di Patapan Suryalaya Tasikmalaya-Jawa barat.

Sample Web ( Cyber Generation )

Cyber Generation Melayani berbagai macam jasa,dan salah satunya adalah : Melayani pembuatan desain arsitektur bangunan 3D. Baik rumah, perumahan, ruko, gedung dan lainnya. Kualitas rendering terbaik.
Jika ada yg berminat membuat Web atau Aplikasi bisa menghubungi Saya. Terima Kasih.

Tuesday, February 12, 2013

Manaqib

Manaqib adalah suatu bentuk kegiatan khidmat amaliah dan ilmiah, dan sudah melembaga dan membudaya di tengah sebagian besar masyarakat Islam Indonesia. Terutama sekali di kalangan ikhwan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya. Kegiatan khidmat itu merupakan bagian pengamalan dan pengenjawantahan dari Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah. Pelaksanaannya secara rutin sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditentukan bertempat di majlis-majlis manakiban dan khotaman. Manaqib itu sendiri berasal dari bahasa Arab, dari lafad “manqobah” yang berarti : kisah tentang kesolehan dan keutamaan ilmu dan amal seseorang. Syaikh Abdul Qodir Jaelani pernah berkata : "Dimana saja dibacakan manaqib-ku aku hadir padanya". Oleh karena itu pada waktu pelaksanaannya para ikhwan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya harus hadir untuk mengikuti jalannya kegiatan tersebut. Susunan acara manakiban sebagai berikut : 1. Pembukaan 2. Pembacaan ayat suci Al-Qur’an 3. Pembacaan Tanbih 4. Tawasul 5. Pembacaan Manaqib Syaikh Abdul Qodir Jaelani 6. Da’wah/Tabliqul Islam oleh Mubaligh Pondok Pesantren Suryalaya 7. Pembacaan Sholawat Bani Hasyim 3 (tiga) kali. Demikianlah pelaksanaan manaqib, yang dapat menciptakan dan mewujudkan kondisi dinamis, serta tata nilai yang berharga, untuk itulah perlu adanya usaha yang sungguh-sungguh dan terus menerus dikembangkan dan dilestrarikan dari generasi yang satu ke generasi berikutnya. Sumber : http://www.suryalaya.org/ver2/manakib.html

Cyber generation

Aplikasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 berbasis Website. dari Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan.
Kami menerima pembuatan Website, Aplikasi, Training IT, dll.

CV Cyber Generation

About Melayani segala macam bentuk jasa IT dari Pembuatan Software Aplikasi, Web, Warnet, Hotspot, Animasi dll dengan harga terjangkau untuk golongan menengah kebawah. Kami Juga menerima jika ada yang ingin Kerja Praktek atau ingin bergabung kedalam CV kami. Description CV Cyber Generation adalah sebuah perusahaan kecil yang bergerak dalam IT Developer antara lain Software Developer, Website Developer, Animation Creator, Design Graphic, Mobile Application, Networking, IT Consultant dan semua yang berhubungan tentang IT. Melayani berbagai macam jasa... apa saja sesuai dengan keinginan anda, harga menyesuaikan dengan permintaan dan harganya murah. yang kami tawarkan : - SOFTWARE DEVELOPER (Pengembang Perangkat Lunak) - WEB DEVELOPER ( Pengembang Website ) - COMPUTER NETWORKING ( Jaringan Komputer ) - ANIMATION CREATOR ( Pembuat Animasi ) - GRAPHIC DESIGN ( Desain Grafis ) - MOBILE APPLICATION DEVELOPER ( Pengembang Aplikasi HP ) - IT CONSULTANT ( Konsultan IT ) Product : 1. IFARS ( Pharmaceutical Laboratories ) 2. GIS ( Geographic Information System ) 3. Sistem Informasi Gudang Farmasi 4. Aplikasi Penjualan Toko Kain 5. Aplikasi Undian Berhadiah untuk Counter 6. Aplikasi Sistem Rekam Medis Pasien di PMI 7. Absensi Mahasiswa, Dosen memakai Sidik Jari dengan Visual Basic 6.0 8. Mini game 3D Kerajaan 9. Aplikasi Apotek INYU 10. Aplikasi Toko Sparepart 11. Aplikasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Produk Aplikasi / Software 1) Aplikasi Rental Mobil 2) Aplikasi Penjualan Kain 3) Aplikasi Apotik 4) Aplikasi Penjualan Butik 5) Aplikasi Administrasi Kantor 6) Aplikasi Koperasi Simpan Pinjam 7) Aplikasi Rumah Makan 8) Aplikasi Pembayaran SPP 9) Aplikasi pengolahan nilai 10) Aplikasi Administrasi Rental 11) Aplikasi Rental VCD 12) Aplikasi Absensi Sidik Jari 13) Aplikasi Administrasi Mebel 14) Aplikasi kasir 15) Aplikasi Perpustakaan 16) Aplikasi Tour and Travel 17) Aplikasi Katalog Buku 18) Aplikasi Penjualan sepeda 19) Aplikasi administrasi penjualan tanaman 20) Aplikasi penjualan helm 21) Aplikasi zakat 22) Aplikasi pendistribusian Daging Qurban 23) Aplikasi pengelolaan keuangan warung 24) Aplikasi berbasis jaringan ( blm termasuk jaringan ) 25) Aplikasi Alur Rawat inap Rumah Sakit 26) Aplikasi administrasi Salon 27) Aplikasi sistem parkir dan palang 28) Aplikasi Mini Market 29) Absensi Sidik Jari, Retina, Wajah, dsb 30) Aplikasi Sistem Informasi Karyawan 31) Aplikasi persediaan barang ( Inventory ) 32) Aplikasi Pendaftaran Siswa Baru ( PSB ) 33) Aplikasi Sistem Informasi Siswa 34) Aplikasi Sistem Informasi Pelayanan Kesehatan 35) Aplikasi Gudang Obat 36) Aplikasi Apotek 37) Aplikasi Rawat Inap 38) Aplikasi Sistem Informasi Rumah Sakit 39) Aplikasi pemesanan hotel 40) Aplikasi Buku Tamu 41) Aplikasi Toko Onderdil / Bengkel Produk Website / Web 1) Sistem informasi gudang farmasi 2) Sistem informasi Raport Online 3) Sistem Informasi Akademik 4) Sistem Informasi Pemasaran Kos 5) Aplikasi Penjualan berbasis E-Commerce 6) Web Perusahaan 7) Web Pribadi 8) Web Sekolahan Standard 9) Web Rumah Sakit 10) Web MLM 11) Perpustakaan Digital 12) Sistem Informasi TA dan Skripsi 13) Sistem informasi Rumah Sakit 14) Sistem informasi penjualan tiket Online 15) Sistem absensi dengan SMS Gateway 16) Sistem Informasi Pendaftaran Siswa Baru 17) Web Dealer 18) Website Ujian Semesteran 19) Website SIAKAD 20) Sistem Informasi Pemesanan Hotel 21) Sistem Informasi Apotek 22) Web E-Learning Produk Jaringan / Network 1) Pembangunan warnet dan game online 2) Instalasi Jaringan 3) Pembuatan Hotspot 4) Pembuatan Tower Hotspot Radius Kilometer 5) Pembuatan RT-RW Net 6) Jaringan besar perusahaan 7) Perawatan Laboratorium 1 th 8) VOIP (Voice Internet Protokol)